https://indoswara.net/Polisi Jadi Tumbal, DPR Cuci Tangan :Anggun Sofia Ardila
Tragedi di depan Gedung DPR pada 28 Agustus 2025, yang menewaskan seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan (21), kembali membuka luka lama tentang relasi aparat, rakyat, dan wakil rakyat. Affan yang ikut dalam aksi massa hanya ingin menyuarakan keluh kesahnya, namun justru meregang nyawa setelah dilindas kendaraan taktis Brimob.
Peristiwa ini jelas tidak bisa ditoleransi. Aparat keamanan yang seharusnya melindungi, malah menjadi penyebab jatuhnya korban. Kecaman publik pun mengalir deras. Namun di balik itu semua, ada ironi yang lebih pahit: DPR seakan berhasil mengalihkan amarah rakyat kepada aparat.
Sejak pagi, yang dicari massa adalah anggota dewan untuk menyampaikan langsung protes dan tuntutan mereka. Tetapi gedung wakil rakyat kosong, tak satu pun yang muncul menemui demonstran. Yang ada hanya aparat yang suka atau tidak suka harus menghadang massa. Akibatnya, benturan pun pecah.
Polanya bukan hanya terjadi di Jakarta. Di Bojonegoro, 27 Maret 2025, saat aksi menolak RUU TNI, skenario serupa juga berlangsung. Massa aksi yang menunggu kehadiran wakil rakyat tidak pernah bertemu dengan satu pun anggota DPR. Sebaliknya, yang datang justru barisan polisi. Bentrokan pecah, banyak peserta aksi mengalami tindakan represif, bahkan terjadi insiden penusukan di tengah suasana kisruh tersebut.
Dan seperti pola berulang setiap kali konflik terjadi, aparatlah yang akhirnya menjadi sasaran kebencian masyarakat. Sementara itu, para anggota DPR yang berdiam di rumah, bisa saja menyaksikan semua kericuhan lewat layar televisi dengan senyum tipis. Fokus publik yang seharusnya tertuju pada kinerja dan pertanggungjawaban mereka, kini beralih mengutuk tindakan aparat.
Tragedi Affan Kurniawan, maupun kisruh Bojonegoro, adalah potret kegagalan negara dalam melindungi warganya yang sedang bersuara. Dan lebih dari itu, peristiwa ini mengingatkan kita bahwa DPR terlalu sering bersembunyi di balik tameng aparat. Seolah-olah darah rakyat boleh tumpah, asal kursi kekuasaan tetap aman.